Disadur dari hasil reportase Kompas.id, dijelaskan bahwa merokok bukan merupakan budaya masyarakat Mentawai. Joel Salaisek warga Kampung Salappa menyebutkan bahwa rokok dikenal masyarakat suku Mentawai sejak lama. Namun, dulu hanya orang-orang tua yang merokok. Biasanya para sikerei atau penyembuh tradisional. Mereka merokok tembakau kretek dibungkus daun nipah. Lebih dulu lagi, menggunakan daun keladi muda.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa anak muda di Mentawai pada zaman dahulu jarang merokok. Konsumsi rokok meluas di kalangan muda Mentawai pedalaman sekitar 1990, seiring maraknya distribusi rokok filter di Mentawai. Belakangan semakin marak setelah banyak rokok tanpa cukai yang dijual lebih murah. Rokok merupakan barang paling laris di warung yang Kampung Salappa yang berpenduduk sekitar 400 jiwa.
Kebiasaan merokok memiskinkan penduduk setempat. Bagi si miskin, belanja rokok kerap mengorbankan alokasi belanja kebutuhan pokok seperti lauk atau sumber protein lainnya. Temuan di lapangan Kompas.id menunjukkan, rokok tidak hanya memiskinkan, tapi juga bisa mengganggu pencapaian kualitas hidup dan kesehatan semua anggota keluarga. Tanpa mengendalikan konsumsi rokok, mimpi untuk memperbaiki kualitas gizi masyarakat bakal menjadi ilusi.
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/10/16/rokok-yang-mengisap-kehidupan-orang-mentawai